
Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri menatap masa depan dengan penuh optimisme melalui peluncuran Grand Design 2025–2030. Kepala LPM, H. Khayatudin, SH., M.Hum., menegaskan bahwa arah baru ini menempatkan integrasi nilai-nilai Islam sebagai fondasi utama dalam membangun sistem mutu pendidikan tinggi yang unggul, berkelanjutan, dan berdaya saing global. “Kami tidak hanya ingin memenuhi standar, tetapi melampauinya dengan identitas yang kuat sebagai institusi berbasis nilai-nilai Islam,” tegasnya.
Visi besar ini dituangkan dalam misi konkret yang mencakup pengembangan sistem penjaminan mutu internal berbasis standar nasional dan internasional, membangun budaya mutu di seluruh elemen kampus, serta mendorong inovasi dan peningkatan berkelanjutan. Program unggulan pun disusun secara strategis: mulai dari digitalisasi mutu melalui dashboard pemantauan kinerja real-time, pendampingan intensif untuk program studi agar meraih akreditasi unggul, hingga penguatan kapasitas SDM lewat pelatihan auditor internal, workshop penjaminan mutu, dan magang di universitas terkemuka.
Namun di balik semangat itu, LPM menghadapi berbagai tantangan serius. Di sisi internal, keterbatasan jumlah auditor bersertifikat, serta belum tertanamnya budaya mutu secara merata menjadi hambatan utama. Infrastruktur teknologi informasi yang belum sepenuhnya terintegrasi juga memperlambat proses digitalisasi. Tantangan eksternal tak kalah kompleks, seperti cepatnya perubahan regulasi dari Kemendikbudristek, meningkatnya persaingan global, serta ekspektasi stakeholder yang semakin tinggi. “Kami tidak menutup mata bahwa tantangan ini nyata, tapi kami memilih menatapnya sebagai peluang transformasi,” ujar Khayatudin.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, strategi jangka pendek hingga panjang telah disiapkan. Dalam dua tahun pertama, LPM fokus pada perbaikan cepat melalui pelatihan intensif, kemitraan strategis, dan optimalisasi sumber daya. Jangka menengah diarahkan pada integrasi sistem informasi, pembangunan infrastruktur pendukung, serta transformasi budaya organisasi. Sementara pada tahap jangka panjang, LPM menargetkan posisi sebagai pemimpin inovasi mutu pendidikan dengan jejaring global dan sistem mutu berkelanjutan.
Grand Design ini dibagi dalam tiga fase: tahap pertama (2025–2026) fokus pada fondasi digital dengan pembangunan infrastruktur dan pelatihan dasar. Tahap kedua (2027–2028) menitikberatkan pada integrasi penuh sistem mutu dengan platform nasional seperti SISTER dan PDDikti serta pengembangan KPI terintegrasi. Tahap ketiga (2029–2030) diarahkan pada inovasi dan internasionalisasi melalui benchmarking global dan pengembangan best practices.
Peran LPM semakin diperkuat sebagai fasilitator, evaluator, konsultan, sekaligus inovator dalam pengembangan akademik. Kontribusi konkret mencakup pendampingan kurikulum berbasis MBKM dan OBE, monitoring Tri Dharma, hingga pengembangan standar penelitian dan pengabdian masyarakat. Sejumlah inovasi juga akan diterapkan, termasuk sistem analisis mutu berbasis kecerdasan buatan (AI), sertifikasi digital berbasis blockchain, pelatihan auditor dengan teknologi virtual reality (VR), serta aplikasi mobile mutu untuk pemantauan real-time.
Pendekatan manajemen mutu pun dirancang lebih adaptif dan manusiawi, seperti metode agile, design thinking, lean six sigma, dan Islamic Quality Framework. Kolaborasi dengan dunia industri dan universitas luar negeri turut menjadi pilar penting dalam strategi peningkatan mutu. “Kita tidak bisa bergerak sendiri. Kunci keberhasilan adalah kolaborasi aktif dan sinergi lintas unit,” tambahnya.
Dalam mendukung transformasi ini, LPM juga mengembangkan model kolaborasi yang melibatkan fakultas dan program studi. Program-program seperti Quality Champion, Joint Quality Project, hingga Quality Award System akan diimplementasikan secara menyeluruh. Mekanisme koordinasi diperkuat melalui tim mutu di setiap unit, rapat rutin, workshop pengembangan mutu, serta monitoring berkala.
Target yang ditetapkan sangat strategis dan menantang, namun tetap realistis. Pada 2030, seluruh program studi ditargetkan meraih akreditasi minimal B, 50% di antaranya mencapai akreditasi unggul, serta institusi UNISKA memperoleh akreditasi institusi unggul dan sertifikasi ISO 9001:2015. Indikator keberhasilan lainnya mencakup peningkatan kepuasan stakeholder, pengakuan eksternal terhadap sistem mutu UNISKA, serta peningkatan employability lulusan.
Khayatudin optimistis, jika seluruh pihak bergerak bersama dalam kerangka yang sama, maka UNISKA tidak hanya akan menjadi institusi yang unggul secara mutu, tetapi juga menjadi model pendidikan tinggi berbasis nilai Islam yang diakui secara nasional dan internasional. “Grand design ini bukan sekadar dokumen perencanaan, tapi komitmen kolektif untuk membawa UNISKA ke jenjang yang lebih tinggi,” tutupnya penuh semangat.
